“Hari
Pendidikan Nasional”
Guys.... apa
kabar kalian ?? semoga selalu baik yaa,,,,
Diawal Mei yang
berbahagia ini kita kembali merayakan HARDIKNAS (Hari Pendidikan Nasional)
khusudnya para pelajar Indonesia dari semua jenjang pendidikan, dari PAUD (Pendidikan
Anak Usia Dini),TK (Taman Kanak Kanak), SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah
Menegah Pertama,) dan sederjat, SMA (Sekolah Menengah Atas) dan sederajat ,
sampai jenjang Perguruan Tinggi.
Sejarah Hari Pendidikan Nasional
Sejarah Hari Pendidikan Nasional 2 Mei. Bangsa yang besar adalah bangsa
yang menghargai jasa pahlawannya, itulah slogan yang sering kita dengar di
republik tercinta ini. Pahlawan tidak selalu identik dengan mengangkat senjata
dan berperang meski sebagian besar penafsiran menyatakan bahwa pahlawan adalah
orang yang berjasa membela negara melalui medan perang. Namun sesungguhnya
siapa saja yang telah berjasa membawa bangsa ini menuju kemajuan baik dibidang
sosial, budaya, teknologi, kesehatan, pendidikan dan lain-lain yang kesemuanya
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia maka patut kiranya
kita beri julukan sebagai pahlawan. Sedangkan menurut KBBI pahlawan berarti
orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela
kebenaran, dan dalam sudut pandang lain pahlawan berarti pejuang yang gagah
berani. Jadi, itu tergantung diri kita
masing-masing dalam mengartikannya. Lalu bagaimana dengan sejarah HARDIKNAS itu
sendiri ? Mari kita pelajari lebih lanjut.
Ki Hajar Dewantara, salah seorang yang berjasa memajukan pendidikan di
Indonesia. Ia lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889 dan diberi nama Raden Mas
Soewardi Soeryaningrat yang berasal dari keluarga di lingkungan kraton
Yogyakarta. Ki Hadjar Dewantara menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar
Belanda), kemudian melanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) namun
karena sakit ia tidak sampai tamat. Ia kemudian menjadi wartawan di beberapa
surat kabar diantaranya Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan
Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara.
Tulisan-tulisan Ki Hadjar Dewantara pada surat kabar tersebut sangat
komunikatif dan tajam sehingga mampu membangkitkan semangat patriotik dan
antikolonial bagi rakyat Indonesia saat itu. Ki
Hajar Dewantara pernah menulis kritikan terhadap perayaan seratus
tahun bebasnya Negeri Belanda dari penjajahan Perancis dibulan November 1913
dimana biaya perayaan tersebut ditarik dari uang rakyat Indonesia dan
dirayakan ditengah-tengah penderitaan rakyat yang masih dijajah. Akibat
kritikan tersebut ia dibuang ke Pulau Bangka oleh Gubernur Jendral Idenburg
tanpa melalui proses pengadilan. Namun dua orang sahabatnya yaitu Douwes
Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo membelanya melalui tulisan sehingga
hukuman tersebut diganti menjadi dibuang ke negeri Belanda.
Sekembalinya dari Belanda pada 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan sebuah perguruan bercorak nasional yang bernama Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa. Dari sinilah lahir konsep pendidikan nasional hingga Indonesia merdeka
Karya-karya Ki Hajar Dewantara yang menjadi landasan dalam mengembangkan
pendidikan di Indonesia diantara adalah kalimat-kalimat filosofis seperti “Ing
ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri hadayani” yang artinya “Di
depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi
dorongan” menjadi slogan pendidikan yang digunakan hingga saat ini.

Ki Hajar Dewantara diangkat menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Pengajaran Indonesia dalam kabinet pertama Republik Indonesia. Ia juga mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.) dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 1957.
Atas jasanya dalam merintis pendidikan umum di Indonesia, Ki Hajar
Dewantara dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan
berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 305 tahun 1959 tertanggal 28
November 1959, hari kelahiran Ki Hajar Dewantar yaitu tanggal 2 Mei ditetapkan
sebagai Hari Pendidikan Nasional. Duatahun setelah mendapat gelar Doctor
Honoris Causa, tepatnya pada tanggal 28 April 1959 Ki Hadjar Dewantara
meninggal dunia di Yogyakarta. Semoga jasanya dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa selalu dicatat sebagai amal ibadah yang terus mengalir.
Makna Hari Pendidikan Nasional
Setiap tanggal 2 Mei kita memperingati Hari Pendidikan Nasional. Hari
pendidikan nasional merupakan sebuah hari yang diperingati untuk menghormati
jasa pahlawan pendidikan,terutama Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan
Nasional dengan nama asli Raden Mas Soewardi Suryaningrat. Di masa
sekarang ini, pendidikan tidaklah sesulit jaman dahulu. Pendidikan bisa
dinikmati oleh hampir semua kalangan masyarakat. Walaupun ada juga beberapa
kalangan yang menganggap pendidikan merupakan sesuatu yang mahal. Begitu
pentingnya pendidikan bagi semua elemen masyarakat untuk kemajuan bangsa. Dalam
tatanan pemerintahan pun, anggaran biaya
untuk pendidikan sangat besar, sesuai dengan amanat undang-undang. Walaupun
dalam pelaksanaanya entah sesuai atau tidak. Yang jelas, pendidikan merupakan pondasi
yang kokoh bagi suatu bangsa.
Hari Pendidikan Nasional khususnya tanggal 2 Mei 2009 mempunyai arti
penting dalam kancah pendidikan nasional Indonesia. Memasuki abad 21 ini,
pendidikan mempunyai arah tujuan yang jelas, yaitu memartabatkan manusia Indonesia
di kancah internasional. Begitu juga baru saja bagi siswa-siswa SMA / MA, SMK,
SMP/MTs dan di susul siswa SD/MI melaksanakan ujian nasional serta UASBN. Namun
begitu, pendidikan di negeri ini belum beranjak melaju pesat menuju mutu yang
memuaskan. Bila mau menengok ke belakang, ketika kemarin usai melaksanakan
Ujian Nasional pada pelajaran matematika bagi siswa SMA/MA/SMK, raut wajah
mereka tampak mengalami kekhawatiran akan hasil yang di capai dalam ujian
tersebut. Harus seperti apakah yang bisa dilaksanakan oleh instuisi pendidikan
kita? Apakah ini merupakan proses belajar yang salah ataukah kurang
bergairahnya para siswa dalam mengikuti proses pendidikan setiap hari sehingga
dikatakan gagal dalam pendidikan ?
Lalu bagaimanakah makna hari pendidikan nasional sekarang ini? Apakah kita
masih harus berjuang untuk mendapatkan pendidikan yang layak? Tentu saja
jawabannya iya. masih terlampau banyak permasalahan pendidikan yang hingga kini
belum terpecahkan dengan baik, mulai dari terbatasnya ketersediaan sarana dan
prasarana yang memadai, penyelenggaraan UN yang syarat kontroversi hingga biaya
pendidikan perguruan tinggi yang menjulang tinggi. Rasanya, dunia pendidikan
kita semakin suram. Hampir setiap kali peringatan hari pendidikan nasional,
mahasiswa, siswa, guru, dan orang tua selalu berdemo menuntut murahnya biaya
pendidikan bahkan gratis, hapuskan UAN, sejahterakan para guru, dll.
Kembali lagi tentang hari Pendidikan Nasional, bahwa permasalahan lemahnya
semangat para siswa harus disikapi secara serius oleh semua pihak baik para
orang tua siswa, para teknisi pendidikan dan pemerintah. Ada baiknya duduk
dalam satu meja untuk mencari solusi yang tepat dalam memajukan pendidikan
nasional. Apabila di ajak secara langsung membahas tentang hal itu, lebih baik
dan masingmasing mempunyai rasa tanggung jawab untuk menjawab tantangan bangsa
ini ke depan dalam membangun pendidikan Indonesia yang lebih maju, bermartabat
dan setara dengan bangsa lain dalam ilmu pengetahuan.
Beruntung, tahun 2013 lalu pemerintah telah menetapkan kurikulum baru yang
dinamakan kurikulum 2013, besama M Nuh, sebagai mentri pendidikan dan
kebudayaan RI. Pada kurikulum 2013, siswa dituntut untuk aktif dalam proses
pembelajaran, sedang guru lebih bersifat sebagai pengarah dan penilai, apalagi
penilaian pada kurikulum 2013 ini, memiliki tingkat kerumitan yang lebih
kompleks. Baru-baru ini pada tahun 2014, tepatnya pada bulan Mei semester 1,
dilaksanakan penerapan kurikulum 2013 secara serempak meliputi nasional, di
semua jejang pendidikan nasional. Meski hanya 1 semester, karena pada semester
2 cukup banyak sekolah yang kembali menerapkan KTSP dan meninggalkan kurikulim
2013. Namun tidak sedikit pula sekolah-sekolah yang tetap menggunakan kurikulum
2013, hanya mereka, sekolah yang merasa sanggup dan mampu melaksanakannya,
sebelum nantinya beberapa tahun mendatang kurikulum 2013 akan diwajibkan
penngunaannya. Mengingat masih terdapat banyak faktor yang mempengaruhi
terhambatnya pelaksanaan kurikulum 2013 di lapangan serta masih diperlukan proses
adaptsi oleh para guru maupun siswa. Diharapkan kurikulum 2013 ini nantiinya,
dapat membantu kualitas pendidikan di Indonesia.
Untuk itu, marilah melalui Hari Pendidikan Nasional tahun ini kita jadikan
momentum introspeksi untuk mengoreksi diri serta lebih memacu semangat
berinovasi dan berkreasi guna penyelenggaraan pendidikan ke depan yang lebih
baik. Apakah pendidikan sekarang ini sudah sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh cita-cita bangsa yang dituangkan dalam undang-undang ? Dilihat dari segi
kuantitas, sekarang ini jauh lebih banyak orang yang bisa mengenyam pendidikan
sampai jenjang yang lebih tinggi, dibandingkan dahulu.
MEMPERINGATI HARDIKNAS
Ada banyak sekali hal-hal yng telah dilakukan oleh warga negara kita untuk memperingati HARDIKNAS. Diantaranya yaitu jalan santai, dan juga yang paling sering dilaksanakan adalah UPACARA.
(Jalan Sehat Peringati HARDIKNAS)
Artikel yang bagus, semoga dengan tulisan ini dapat membantu pendidikan di Indonesia ;-) Sukses....
BalasHapusSemoga . Terimakasih telah berkunjung :-)
BalasHapus