Pages

2 Mei

Jumat, 01 Mei 2015
“Hari Pendidikan Nasional”






Guys.... apa kabar kalian ?? semoga selalu baik yaa,,,,
Diawal Mei yang berbahagia ini kita kembali merayakan HARDIKNAS (Hari Pendidikan Nasional) khusudnya para pelajar Indonesia dari semua jenjang pendidikan, dari PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini),TK (Taman Kanak Kanak), SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menegah Pertama,) dan sederjat, SMA (Sekolah Menengah Atas) dan sederajat , sampai jenjang Perguruan Tinggi.
Sejarah Hari Pendidikan Nasional
Sejarah Hari Pendidikan Nasional 2 Mei. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya, itulah slogan yang sering kita dengar di republik tercinta ini. Pahlawan tidak selalu identik dengan mengangkat senjata dan berperang meski sebagian besar penafsiran menyatakan bahwa pahlawan adalah orang yang berjasa membela negara melalui medan perang. Namun sesungguhnya siapa saja yang telah berjasa membawa bangsa ini menuju kemajuan baik dibidang sosial, budaya, teknologi, kesehatan, pendidikan dan lain-lain yang kesemuanya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia maka patut kiranya kita beri julukan sebagai pahlawan. Sedangkan menurut KBBI pahlawan berarti orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, dan dalam sudut pandang lain pahlawan berarti pejuang yang gagah berani. Jadi, itu tergantung diri kita masing-masing dalam mengartikannya. Lalu bagaimana dengan sejarah HARDIKNAS itu sendiri ? Mari kita pelajari lebih lanjut.
Ki Hajar Dewantara, salah seorang yang berjasa memajukan pendidikan di Indonesia. Ia lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889 dan diberi nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat yang berasal dari keluarga di lingkungan kraton Yogyakarta. Ki Hadjar Dewantara menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda), kemudian melanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) namun karena sakit ia tidak sampai tamat. Ia kemudian menjadi wartawan di beberapa surat kabar diantaranya Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia,  Kaoem Moeda,  Tjahaja Timoer dan  Poesara.  Tulisan-tulisan Ki Hadjar Dewantara pada surat kabar tersebut sangat komunikatif dan tajam sehingga mampu membangkitkan semangat patriotik dan antikolonial bagi rakyat Indonesia saat itu. Ki Hajar Dewantara pernah menulis kritikan terhadap perayaan seratus tahun bebasnya Negeri Belanda dari penjajahan Perancis dibulan November 1913 dimana biaya perayaan tersebut ditarik dari uang rakyat Indonesia dan dirayakan ditengah-tengah penderitaan rakyat yang masih dijajah. Akibat kritikan tersebut ia dibuang ke Pulau Bangka oleh Gubernur Jendral Idenburg tanpa melalui proses pengadilan. Namun dua orang sahabatnya yaitu Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo membelanya melalui tulisan sehingga hukuman tersebut diganti menjadi dibuang ke negeri Belanda. 

Sekembalinya dari Belanda pada 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan sebuah perguruan bercorak nasional yang bernama Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa. Dari sinilah lahir konsep pendidikan nasional hingga Indonesia merdeka
Karya-karya Ki Hajar Dewantara yang menjadi landasan dalam mengembangkan pendidikan di Indonesia diantara adalah kalimat-kalimat filosofis seperti “Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri hadayani” yang artinya “Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan” menjadi slogan pendidikan yang digunakan hingga saat ini.
                                            
Ki Hajar Dewantara diangkat menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Pengajaran Indonesia dalam  kabinet pertama Republik Indonesia. Ia juga mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.) dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 1957. 
Atas jasanya dalam merintis pendidikan umum di Indonesia, Ki Hajar Dewantara dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 305 tahun 1959 tertanggal 28 November 1959, hari kelahiran Ki Hajar Dewantar yaitu tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Duatahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa, tepatnya pada tanggal 28 April 1959  Ki Hadjar Dewantara meninggal dunia di Yogyakarta. Semoga jasanya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa selalu dicatat sebagai amal ibadah yang terus mengalir.
Makna Hari Pendidikan Nasional
Setiap tanggal 2 Mei kita memperingati Hari Pendidikan Nasional. Hari pendidikan nasional merupakan sebuah hari yang diperingati untuk menghormati jasa pahlawan pendidikan,terutama Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Nasional dengan nama asli Raden Mas Soewardi Suryaningrat. Di masa sekarang ini, pendidikan tidaklah sesulit jaman dahulu. Pendidikan bisa dinikmati oleh hampir semua kalangan masyarakat. Walaupun ada juga beberapa kalangan yang menganggap pendidikan merupakan sesuatu yang mahal. Begitu pentingnya pendidikan bagi semua elemen masyarakat untuk kemajuan bangsa. Dalam  tatanan pemerintahan pun, anggaran biaya untuk pendidikan sangat besar, sesuai dengan amanat undang-undang. Walaupun dalam pelaksanaanya entah sesuai atau tidak. Yang jelas, pendidikan merupakan pondasi yang kokoh bagi suatu bangsa.
Hari Pendidikan Nasional khususnya tanggal 2 Mei 2009 mempunyai arti penting dalam kancah pendidikan nasional Indonesia. Memasuki abad 21 ini, pendidikan mempunyai arah tujuan yang jelas, yaitu memartabatkan manusia Indonesia di kancah internasional. Begitu juga baru saja bagi siswa-siswa SMA / MA, SMK, SMP/MTs dan di susul siswa SD/MI melaksanakan ujian nasional serta UASBN. Namun begitu, pendidikan di negeri ini belum beranjak melaju pesat menuju mutu yang memuaskan. Bila mau menengok ke belakang, ketika kemarin usai melaksanakan Ujian Nasional pada pelajaran matematika bagi siswa SMA/MA/SMK, raut wajah mereka tampak mengalami kekhawatiran akan hasil yang di capai dalam ujian tersebut. Harus seperti apakah yang bisa dilaksanakan oleh instuisi pendidikan kita? Apakah ini merupakan proses belajar yang salah ataukah kurang bergairahnya para siswa dalam mengikuti proses pendidikan setiap hari sehingga dikatakan gagal dalam pendidikan ?
Lalu bagaimanakah makna hari pendidikan nasional sekarang ini? Apakah kita masih harus berjuang untuk mendapatkan pendidikan yang layak? Tentu saja jawabannya iya. masih terlampau banyak permasalahan pendidikan yang hingga kini belum terpecahkan dengan baik, mulai dari terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai, penyelenggaraan UN yang syarat kontroversi hingga biaya pendidikan perguruan tinggi yang menjulang tinggi. Rasanya, dunia pendidikan kita semakin suram. Hampir setiap kali peringatan hari pendidikan nasional, mahasiswa, siswa, guru, dan orang tua selalu berdemo menuntut murahnya biaya pendidikan bahkan gratis, hapuskan UAN, sejahterakan para guru, dll.
Kembali lagi tentang hari Pendidikan Nasional, bahwa permasalahan lemahnya semangat para siswa harus disikapi secara serius oleh semua pihak baik para orang tua siswa, para teknisi pendidikan dan pemerintah. Ada baiknya duduk dalam satu meja untuk mencari solusi yang tepat dalam memajukan pendidikan nasional. Apabila di ajak secara langsung membahas tentang hal itu, lebih baik dan masingmasing mempunyai rasa tanggung jawab untuk menjawab tantangan bangsa ini ke depan dalam membangun pendidikan Indonesia yang lebih maju, bermartabat dan setara dengan bangsa lain dalam ilmu pengetahuan.
Beruntung, tahun 2013 lalu pemerintah telah menetapkan kurikulum baru yang dinamakan kurikulum 2013, besama M Nuh, sebagai mentri pendidikan dan kebudayaan RI. Pada kurikulum 2013, siswa dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran, sedang guru lebih bersifat sebagai pengarah dan penilai, apalagi penilaian pada kurikulum 2013 ini, memiliki tingkat kerumitan yang lebih kompleks. Baru-baru ini pada tahun 2014, tepatnya pada bulan Mei semester 1, dilaksanakan penerapan kurikulum 2013 secara serempak meliputi nasional, di semua jejang pendidikan nasional. Meski hanya 1 semester, karena pada semester 2 cukup banyak sekolah yang kembali menerapkan KTSP dan meninggalkan kurikulim 2013. Namun tidak sedikit pula sekolah-sekolah yang tetap menggunakan kurikulum 2013, hanya mereka, sekolah yang merasa sanggup dan mampu melaksanakannya, sebelum nantinya beberapa tahun mendatang kurikulum 2013 akan diwajibkan penngunaannya. Mengingat masih terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terhambatnya pelaksanaan kurikulum 2013 di lapangan serta masih diperlukan proses adaptsi oleh para guru maupun siswa. Diharapkan kurikulum 2013 ini nantiinya, dapat membantu kualitas pendidikan di Indonesia.
Untuk itu, marilah melalui Hari Pendidikan Nasional tahun ini kita jadikan momentum introspeksi untuk mengoreksi diri serta lebih memacu semangat berinovasi dan berkreasi guna penyelenggaraan pendidikan ke depan yang lebih baik. Apakah pendidikan sekarang ini sudah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh cita-cita bangsa yang dituangkan dalam undang-undang ? Dilihat dari segi kuantitas, sekarang ini jauh lebih banyak orang yang bisa mengenyam pendidikan sampai jenjang yang lebih tinggi, dibandingkan dahulu. 
MEMPERINGATI HARDIKNAS

Ada banyak sekali hal-hal yng telah dilakukan oleh warga negara kita untuk memperingati HARDIKNAS. Diantaranya yaitu jalan santai, dan juga yang paling sering dilaksanakan adalah UPACARA. 
(Jalan Sehat Peringati HARDIKNAS)



Sekian yang dapat saya sampaikan :D. Jangan lupa like and share yaaa.....








2 komentar:

  1. Artikel yang bagus, semoga dengan tulisan ini dapat membantu pendidikan di Indonesia ;-) Sukses....

    BalasHapus
  2. Semoga . Terimakasih telah berkunjung :-)

    BalasHapus